Sabtu, 22 April 2017

Contoh Kasus Rational Emotive Therapy




Prabawa adalah seorang  siswa suatu SMA di kota besar, kelas III, semester kedua, program studi IPS.Dia tinggal bersama orang tuanya, yang mendukung ita-citanya menjadi seorang guru akutansi. Prabawa berharap dapat diterima di FKIP Negeri di kotanya sendiri, dan telah berusaha sejak kelas 1 supaya nilai rata-rata dalam  rapor setiap semester minimal 7. Dalam usaha ini dia berhasil.
Selain itu, sejak awal kelas II dia juga berhasil dalam mengikat hati seorang siswi yang duduk di kelas yang sama. Mereka sudah biasa pergi rekreasi bersama, meskipun pihak putri terpaksa main backsRational Emotive Therapyet karena orang tuanya belum mengizinkan untuk berpacaran. Pada awal semester kedua siswi mengatakan bahwa orang tuanya telah mengetahui petualangannya dan memarahi dia, bahkan mereka mengancam ini dan itu. Siswa itu merasa terpaksa memutuskan hubungan karena dia tidak berani melawan orang tua. Prabawa jatuh dalam lembah depresi dan berfikir : “Apa gunanya meneruskan hidup di dunia ini? Saya tidak rela dicintai oleh gadis lain ataupun menintai gadis lain. Hanya yang satu ini menjadi idaman saya! Sumber semangat belajarkudan pendukung ita-itaku sudah lenyap!”.
Prabawa bolos sekolah satu minggu. Ketika masuk sekolah kembali, dia dipanggil oleh konselor di sekolahnya.
Langkah-langkah kerja :
(1)   Membangun hubungan pribadi dengan prabawa. Di sini konselor menjelaskan alasan prabawa dipanggil, yaitu selama satu minggu tidak masuk sekolah tanpa ada kabar, dan bertanya apakah ada sesuatu yang ingin dibicarakannya berkaitan dengan hal itu. Mula-mula Prabawa kelihatan ragu-ragu, tetapi akhirnya mengatakan bahwa memang ada sesuatu yang ingin dibicarakan.
(2)   Mendengarkan dengan penuh perhatian uingkapan pikiran dan perasaan Prabawa. Dia mengutarakan bahwa semangat belajar telah hilang,setelah mengalami pukulan amat berat, di siswi sekelas yang selama satu tahun sering mau diajak pergi berdua, tetapi tiba-tiba mengundurkan diri setelah dimarahi oleh orang tuanya. Pada hal, katanya, tidak ada gadis lain yang pantas  dicintai. Prabawa beranggapan bahwa masa depannya menjadi sangat suram dan tidak ada sumber inspirasi lagi yang mendukung cita-citanya menjadi guru akutansi disekolah menengah (pikiran irasional).
(3)   Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap mengenai kaitan antara A,B,C ( Activating Event, Belief, Consquences). Konselor akan menaruh perhatian khusus pada pikiran-pikiran irasional yang di duga mendasari rasa kehilangan semangat, karena dia akan mengusahakan supaya Prabawa berfikir rasional dalam menghadapi persoalannya.
(a)    Kejadian yang dialami ialah terputusnya hubungan percintaan dengan gadis yang dikaguminya, yang memutuskan hubungan ialah pihak putri, dengan memberikan alasan dilarang oleh orang tuanya.
(b)   Kejadian ini ditanggapi dengan banyak pikiran yang irasional atau tidak masuk akal. Prabawa berfikir : “ Ini musibah besar, karena cimtaku yang pertama dan abadi dihancurkan begitu saja.” “Tidak ada gadis lain yang lain yang akan kucinta. Gadis lain juga tidak akan mencintai diriku setulus teman siswi itu.” “ Dunia telah bertindak kejam terhadap diriku, apa gunanya menyambung benang hidupku ini?.” “ Siapa lagi yang akan memberikan inspirasi kepadaku untuk mengejar cita-citaku kalau bukan dia?” (Irational Belief)
(c)    Sebagai akibat dari cara berfikir yang demikian, Prabawa mengalami gejolak emosional dan goncangan dalam alam perasaannya, seperti merasa kehilangan semangat hidup dan gairah untuk belajar, merasa putus asa dan merasa seperti orang yang lukanya menganga lebar dan mengeluarkan darah terus-menerus (Consquences dalam alam perasaan). Akibatnya lebih lanjut ialah Prabawa memutuskan untuk tidak masuk sekolah; ini tindakan penyesuain diri yang salah dan malah membahayakan sukses dalam belajarnya (Consquences dalam perilaku nyata). Namun, karena teguran orang tuanya dia terpaksa kembali ke sekolah setelah membolos satu minggu.
(4)   Membantu Prabawa untuk menemukan jalan keluar dari persoalan ini. Konselor dapat mulai dengan menjelaskan kepadanya hasil analisis di atas, sehingga Prabawa sedikit banyak mengerti apa alasannya sehingga keadaannya sekarang begini. Kemudiaan konselor memulai menantang seluruh pikiran yang tidak masuk akal tadi, misalnya dengan melontarkan pertanyaan : “ Apa alasanmu berpendapat telah ditimpa musibah beasr?.’’ ; “Apakah pengalaman memang sudah pasti bahwa cinta pertama ini merupakan cinta abadi?.” ; “Apakah inspirasi dan semangat belajar hanya dapat diberikan oleh gadis itu?” ; “Apakah orang tua siswi yang masih di bawah umur itu tidak berhak ikut bicara?” ; “Apakah kamu mempunyai hak menuntut supaya dunia ini memenuhi keinginan dengan serba cepat?”, dan lain sebagainya.
Disamping itu, konselor memberikan pandangan-pandangan baru kepada Prabawa, misalnya : “Pada umur sekarang belum tentulah bahwa gadis itu adalah jodohmu. Mungkin saja hubungan ini akan berubah bila Prabawa dan siswi itu sudah menginjak dewasa”: ”Anggaplah pengalaman berpacaran ini sebagai pelajaran yang berguna, yaitu Prabawa sudah mengalami keindahan cinta, tetapi sekaligus lebih menyadari harus melihat situasi dan kondisi siswi yang masih bersekolah seperti Prabawa sendiri”; “Orang tuanya mungkin menginginkan, supaya anak mereka menyelesaikan studinya lebih dahulu sebelum mengikat diri. Selain itu, tindakan backsRational Emotive Therapyet tidak tepat dilakukan oleh gadis remaja, karena ini menghancurkan hubungan terbuka antara orang tua dan anak”; “Tidak lebih baikkah Prabawa menyelesaikn SMA lebih dahulu dan nantinya melihat lagi kemungkinan untuk menyambung kembali hubungan dengan gadis itu, kalau dia memang cocok untuk Prabawa?” ; “Lebih baiklah bagi pemuda untuk mendapatkan kepastian tentang suatu pekerjaan, shingga dia dapat menghidupi keluarga. Orang tua pihak putri ingin supaya kehidupan anaknya, yang diserahkan kepada seorang pria, betul-betul terjamin” ; “Kegagalan dalam cinta di masa remaja bukan musibah yang menghancurkan masa depan”; “Merasa kecewa sekarang ini adalah perasaan yang wajar pada umurmu sekarang”; dan lain-lain pertimbangan.
Efek dari diskusi ini ialah, bahwa Prabawa mulai berubah pikiran dan memandang pengalaman ini dengan cara yang lebih masuk akal, misalnya, “Saya akan menerima kenyataan ini. Memang saya tidak mengharapkannya, tetapi apa boleh buat? Lebih baik saya memusatkan perhatian pada studi dahulu, supaya cita-cita saya dapat diraih. Pengalaman cinta pertama ini saya simpan sebagai kenangan yang manis, yang nantinya dapat disambung lagi”, dan lain sebagainya (r-afektif). Akhirnya Prabawa memutuskan untuk tidak lagi mengajak teman siswi itu pergi berdua dan mengejar pelajaran yang ketinggalan (perilaku, Rasional)
(5)   Mengakhiri hubungan pribadi dengan Prabawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar