Minggu, 08 Januari 2017

Kepuasan Kerja





Nama          :       Fakhri Alwan Maulana
Kelas          :       3 PA 18
Npm            :      13514899
 
Definisi
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja pekerjaan yang dirasakan paling sesuai oleh para penulis dan peneliti. Siegel dan Lane (dalam Munandar 2014) menerima batasan yang di berikan Locke, yaitu bahwa kepuasan kerja adalah: “the appraisal of ones ob as attaining or allowing the attainment of ones important job values, providing these values are congruent with or help fulfill ones basic needs.” Secara singkat, tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa senang dengan pekerjaannya. Locke (dalam Munandar 2014) selanjutnya mencatat bahwa perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan  atau ketidakpuasan kerja cenderung lebih mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada harapan–harapan untuk masa yang akan datang.
Sedangkan menurut Howell dan Dipboye (dalam Munandar 2014) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya.
Sedangkan menurut Sinha (dalam Saiyadain, 2004) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai reintegrasi efek yang dihasilkan oleh persepsi individu dari pemenuhan kebutuhan dalam kaitannya dengan pekerjaannya dan situasi sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah dimana karyawan merasa senang dengan pekerjaanya dengan kata lain kepuasaan kerja   mencerminkan hasil kerja serta  harapan-harapannya di masa depan yang akan datang.


A.      Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
Menurut Locke (dalam Munandar, 2014), ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menentukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreatifitas.Ada satu unsur yang dapat di jumpai pada ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan di atas, yaitu tingkat tantangan mental. Konsep dari tantangan yang sesuai merupakan konsep yang penting. Pekerjaan yang menuntut kecakapan yang lebih tinggi  dari pada yang dimiliki tenaga kerja, atau tuntutan pribadi yang tidak dapat dipenuhi tenaga kerja akan menimbulkan frustasi dan akhirnya ketidak kepuasan kerja.
Berdasarkan survei diagnostik pekerjaan di peroleh hasil tentang lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri tersebut ialah:
1.      Keragaman keterampilan
Banyak ragam keterampilan yang di perlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam keterampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan.
2.      Jati diri tugas (task identity)
Sejauh mana tugas merupakan suatu kegiatan ke seluruhan yang berarti. Tugas yang di rasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang di rasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa tidak puas. Misalnya, pekerjaan pada perakitan.
3.      Tugas yang penting (task signifinance)
Rasa pentingnya tugas bagi seorang. Jika tugas dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja.
4.      Otonomi.
Perkerjaan yang memberikan kebebasan, ketidakgantungan dan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
5.      Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja.

B.       Karakteristik Kepuasan Kerja
Karakteristik pekerjaan mengajarkan adanya lima unsur yang memengaruhi, yaitu variety, identity, significance, authonomy, dan feedback menurut Colquitt, LePine, Wesson (dalam Wibowo, 2013) dan digambar seperti di bawah ini.
1.    Variety
Adalah merupakan tingkatan keadaan dimana pekerjaan memerlukan sejumlah aktivitas berbeda yang melibatkan sejumlah keterampilan dan bakat yang berbeda. Apabila variasi tinggi, hampir setiap hari kerja adalah berbeda dalam berbagai cara, dan pemegang kerja jarang merasa pekerjaan bersifat monoton dan merupakan repetisi.
2.    Identity
Adalah tingkatan keadaan di mana pekerjaan memerlukan menyelesaikan keseluruhan, dapat diidentifikasi, merupakan potongan pekerjaan dari permulaan sampai akhir dengan hasil dengan hasil yang nyata. Apabila pekerjaan mempunyai identitas tinggi, pekerja dapat menunjuk pada sesuatu dan mengatakan bahwa mereka telah melakukan.
3.    Significance
Adalah tingkatan keadaan dimana pekerjaan mempunyai dampak substantif pada kehidupan orang lain. Pada dasarnya setiap pekerjaan dapat menjadi penting apabila dapat membantu menempatkan makanan di atas meja bagi keluarga, menyekolahkan anak ke perguruan tinggi, atau membuat pekerja merasa seperti mereka melakukan bagiannya untuk dunia kerja.
4.    Authonomy
Adalah tingkatan keadaan dimana pekerjaan memberikan kebebasan, kemerdekaan, dan keleluasaan pada individu untuk melakukan pekerjaan. Apabila pekerjaan kita memberikan otonomi,  kita melihat hasilnya sebagai sebagai produk dari usaha kita daripada hasil instruksi yang berhati-hati dari atasan atau manual prosedur yang ditulis dengan baik.
5.    Feedback
Merupakan tingkatan keadaan dimana melakukan aktivitas yang diperlukan oleh pekerjaan memberikan pekerja informasi yang jelas tentang seberapa baik mereka melakukan. Patut dicatat bahan karakteristik inti mencerminkan umpan balik yang diperoleh langsung dari pekerjaan sebagai lawan pada umpan balik dari rekan kerja atau penyelia. Kebanyakan pekerja menerima penilaian kinerja formal dari atasannya, tetapi umpan balik terjadi sekali atau mungkin dua kali dalam setahun.

C.      Dimensi Survei Kepuasan Kerja
Dalam meneliti kerja, peneliti harus menggunakan ukuran. Ukuran suatu konsep adalah variabel. Variabel satu dengan variabel lain di temtukan berdasarkan dimensi konsep. Dimensi pengukuran kepuasan kerja cukup bervariasi. Stephen Robbins mengajukan empat variabel yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, yaitu pekerjaan menentang secara mental reward memadai; kerja mendukung; dan kolega mendukung menurut Jex (dalam Sinambela, 2016)
1.              Pekerjaaan yang menantang secara mental
Pegawai cenderung memiliki pekerjaan yang memeberikan kesempatan mereka menggunakan keahlian dan kemampuan, serta menawarkan variasi tugas, kebebasan, dan umpan balik seputar sebaik mana pekerja yang mereka lakukan.pekerjaan yang kurang menentang cenderung membosankan, sementara pekerja yang terlalu menentang cenderung membuat frustasi dan rasa gagal. Di bawah kondisi moderat- menentang, sebagian besar pekerja akan mengalami kesenangan dan kepuasan.   
2.              Reward yang Memadai
Kecendrung pekerja dalam menginginkan sistem pengahasilan dan kebijakan promosi yang diyakini adil, tidak mendua, dan sejalan dengan harapannya. Saat pekerja menganggap bahwa penghasilan yang diterima setimpal dengan dengan tuntunan pekerjaannya, tingkat keahlian, dan sama berlaku bagi pekerja lainnya, lepas akan muncul. Tidak semua pekerja mencari uang, dan sebab itu promosi merupakan alternatif lain kepuasan kerja. Banyak pula pekerja yang mencari kewewenangan, promosi pekerbambangan pribadi, dan status sosial.   
3.              Kondisi kerja yang mendukung
Perhatian kerja pada lingkungan kerja, baik kenyamanan ataupun fasilitas yang memungkinkan mereka melakukan pekerja secara baik. Studi-studi membuktikan bahwa pekerja cenderung tidak memiliki lingkungan kerja yang berbahaya atau tidak nyaman. Temperatur, cahaya, dan faktor-faktor lingkungan lain tidaklah terlampau ekstrim. Mereka juga cenderung bekerja di lokasi yang dekat rumah, menggunakan fasilitas moderen, serta peralatan yang mencukupi.
4.              Kolega yang mendukung
Pekerja selain bekerja juga mencari kehidupan sosial. Tidak mengejutkan bahwa dukungan rekan kerja mampu meningkatkan kepuasan kerja seorang pekerja. Prilaku atasan juga sangat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang. Studi membuktikan bahwa kepuasan kerja menigkat ketika supervisior dianggap bersahabat dan mau memahami, melontarkan pujian untuk kinerja bagus, mendengarka pendapat pekerja, dan menunjukan minat personal terhadap mereka.

D.      Definisi Operasional
          Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah dimana karyawan merasa senang dengan pekerjaannya dengan kata lain kepuasaan kerja   mencerminkan hasil kerja serta  harapan-harapannya di masa depan yang akan datang. Adapun indikator dari teori kepuasan kerja yang dijadikan sebagai pedoman wawancara dalam daftar pertanyaan meliputi : ciri-ciri intrinsik, karakteristik kepuasan kerja, dimensi survey kepuasan kerja. Menurut Locke (dalam munandar,2014) ada lima ciri yang memperlihatkan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri tersebut ialah keragaman keterampilan, jati diri tugas (task identity), tugas yang penting (task signifinance), otonomi, pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja dan karakteristik pekerjaan mengajarkan adanya lima unsur yang memengaruhi, yaitu variety, identity, significance, authonomy, dan feedback menurut Colquitt, LePine, Wesson (dalam Wibowo, 2013) serta dalam meneliti kerja, peneliti harus menggunakan ukuran, ukuran suatu konsep adalah variabel. Stephen Robbins mengajukan empat variabel yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, yaitu pekerjaan menentang secara mental reward memadai; kerja mendukung; dan kolega mendukung menurut Jex (dalam Sinambela, 2016).


ANALISIS KASUS KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN KERJA PADA OFFICE BOY DI KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN

"Walau kita OB tapi pak Hidayat menganggap keluarga, tidak ada jarak. Seperti teman saja kalau sedang menyuruh beli makanan, tidak kasar menyuruhnya," ucap Tristanto saat ditemui Tribun di Jakarta, Jumat (17/10).
"Orangnya baik. Saya doakan pak Hidayat selalu sehat dan sukses dunia akhirat. Saya senang bisa selama menjadi OB melayani pak Hidayat," tuturnya.
       Kutipan diatas merupakan salah satu contoh dari kepuasan kerja yang dirasakan seorang Office Boy di kementrian perindustrian. Ada beberapa faktor yang dapat menentukan kepuasan kerja seorang karyawan, salah satunya adalah rekan kerja yang baik.
       Dalam kasus tersebut seorang Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat telah memberikan lingkungan kerja yang aman terhadap bawahannya, pasalnya kondisi lingkungan kerja yang mendukung akan membuat karyawan menjadi betah di kantor, dan akan memiliki perasaan In Group terhadap kelompok di tempat kerjanya. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Apabila dilihat dari sudut pandang bapak Hidayat, beliau telah melengkapi beberapa kriteria yang memungkinkan untuk terbentuknya kepuasan kerja pada karyawan. Gaji atau upah merupakan faktor terpenting dalam membentuk rasa puas pada karyawan seperti yang telah dikutip pada berita tersebut. Nurma mengaku, selama menjadi OB tidak pernah dimarahi oleh Hidayat. Bahkan, walau terkadang suka telat ketika menjalani tugas, Hidayat justru selalu memberi uang sebesar Rp 1 juta saat hari raya Idul Fitri tiba.
       Namun dari beberapa faktor penentu kepuasan kerja diatas, tidak lupa pula bahwa kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Bebrapa orang dapat menyukai tantangan (ketegangan) dan bebrapa lainnya berusaha untuk mengurangi ketegangan tersebut. Menurut Stephen Robbins pekerjaan yang secara mental menantang dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Hal ini sesuai dengan apa yang ditunjukkan pada seorang karyawan yang tidak ingin disebutkan namanya, yang mengaku bahwa tidak menyukai cara kerja bapak Hidayat, yang cenderung pendiam. Karena kepribadian orang tersebut cenderung lebih menyukai ketegangan, mungkin ia berharap mendapat atasan yang tegas dan otoriter sehingga ia menganggap bahwa bapak Hidayat kurang ‘oke’ dibanding menteri-menteri yang sebelumnya.
       Sebenarnya banyak sekali hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan rasa puas karyawan terhadap suatu pekerjaan. Namun dalam analisis yang saya lakukan, terlihat bahwa hanya dengan beberapa faktor saja karyawan sudah mendapatkan suatu kepuasan. Dalam post sebelumnya saya telah menjelaskan faktor penentu kepuasan kerja karyawan menurut Job Descriptive Index (JDI), yaitu; gaji, pekerjaan itu sendiri, promosi pekerjaan, supervisor, rekan kerja.
       Kesimpulan dari analisis diatas, dalam kasus seorang OB bernama Nurma, atasan yang baik, lingkungan kerja yang aman, dan upah yang sepadan, sudah cukup memberikan kepuasaan kerja. Namun OB lain kurang menyukai gaya kepemimpinan bapak Hidayat yang Demokratis, ia lebih menyukai atasan yang tegas dan otoriter, yang juga berhubungan dengan kepribadian orang tersebut. 



Daftar Pustaka

Saiyadain, N.S.(2009). Human resources management 4E : fourth edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill education

Munandar, A.S.(2014). Psikologi indrustri dan organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia(UI-Press)

Wibowo. (2013). Perilaku dalam organisasi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Sinambela,P.L.(2016). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Sinar Grafika Offset